Rabu, 24 Agustus 2011

Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Puasa


Ada keterangan bahwa setiap perbuatan dan amal shalih yang dikerjakan pada bulan Ramadhan sekalipun itu perbuatan sunnah niscaya pahalanya disamakan dengan pahala kefardhuan.  Dalam hal ini Rasulullah SAAW bersabda:
من تقرب الى الله فى رمضان بفريضة عد لت له سبعين فريضة فى غيره, و من تقرب بنافلة عد لت له فريضة يؤديها فى غيره
ِArtinya: “ Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah dalam bulan Ramadhan dengan mengerjakan amalan fardhu, maka satu amalan akan menyamai tujuh puluh amalan fardhu yang dikerjakan diluar bulan Ramadhan, dan barangsiapa yang mengerjakan amalan sunnah dibulan Ramadhan, maka satu amalan akan menyamai satu amalan fardhu diluar bulan Ramadhan”.
Jika kita cermati dan kita amati hadits tersebut tidakkah terlintas dalam benak kita untuk memperbanyak amalan shalih meskipun itu amalan yang berupa amalan sunnah?
Rasulullah SAAW juga bersabda:
من صام رمضان وقام ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Artinya: “ Barangsiapa yang berpuasa dan mengerjakan amalan-amalan sunnah baik siang maupun malam dengan penuh keimanan dan mengharap keridhaan Allah semata maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu”.
Iman mengandung pengertian bahwa mempercayai adanya Allah dengan segala sifat-sifatNya juga mempercayai akan janjiNya yaitu mengaruniakan balasan baik kepada siapa saja yang berbut baik dengan syarat bahwa ia telah menjadi mu’min dan muslim dan memberi balasan buruk kepada siapa saja yang berbuat keburukan. Sebab dipandangan Allah betapapun banyak amal perbuatan yang baik namun dilakukan oleh orang yang bukan muslim maka tidak akan diberi balasan apa-apa, namun balasan jelek akan tetap mendapat balasan keburukan yaitu neraka.
Mengenai kata ihtisab artinya adalah semata-mata hanya mengharap keridhaan dari Allah SWT bukan tujuan yang lain-lain. Hal ini mengandung pengertian adanya keikhlasan dalam hati pribadi orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa jika ada penafsiran yang lain seperti menghitung-hitung dan lain-lain lagi maka tidak dapat dimaklumi dari mana keterangan asal keterangan tersebut diperoleh. Hanya saja menurut alim ulama dan semua sahabat Nabi SAAW mengenai makna ihtisab ialah hanya mengharap keridhaan Allah disertai keikhlasan. Wallahua’lam bisshawab.
Al-imam alhabib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad menguraikan mengenai adab kesopanan dalam berpuasa adalah banyak sekali, namun yang perlu diperhatikan ada beberapa hal yang terpenting antara lain:
1.      Memelihara Lisan
Yaitu memelihara dari perkataan yang tercela seperti berdusta, mencela, mengumpat juga berlebih-lebihan dalam berbicara, sekalipun tidak berdusta namun tidak membawa manfaat untuk kepentingan duniawiyah maupun ukhrawiyah. Selain itu juga memelihara kedua mata dan telinga dari hal-hal yang diharamkan oleh agama, ataupun hal-hal yang berlebihan.
2.      Memelihara Perut
Yaitu memelihara perut dari makanan-makanan yang mengandung unsur haram dan syubhat. Adapun perihal syubhat dapat dipelajari dalam kitab-kitab atau menanyakan kepada ulama yang dapat dipercaya dan yang tidak suka memutarbalikkan hukum, yang semata-mata untuk mencari kekenyangan nafsu dan perut belaka.
3.      Memelihara seluruh anggota badan dari segala macam bentuk yang menyebabkan kita mendapat dosa.
Manakala ketiga hal tersebut sudah bisa kita capai dan kita laksanakan dengan baik maka puasa kita insya Allah akan dianggap sempurna oleh Allah dan jiwa kita pun bersih, namun jika tidak maka puasa kita akan rusak dan hanya mendapatkan lelah dan lapar belaka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAAW :
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش
Artinya : “ Berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus belaka”.
Dalam hadits lain Rasullullah SAAW juga bersabda:
الصوم جنة , فاذا كان يوم صوم احدكم فلا يرفث ولا يفسق ولا يجهل فان امرؤ شاتمه او قاتله فليقل اني صائم
Artinya: “ Puasa adalah tameng , maka apabila suatu hari kamu berpuasa maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan berbuat kejelekan, dan jangan berbuat jelek, juga jangan tidak mengerti dengan peraturan-peraturannya. Oleh karena itu jika ada seseorang yang memaki-maki atau mengajak berbunuh-bunuhan maka hendaknya berkata “ sesungguhnya aku sedang berpuasa”.
Wallahua'lam bisshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar